Foto: Yahoo!/Famega Syavira |
Ikan dengan nama latin Manta birostris ini akan menampakkan diri saat air pasang. Air pasang membawa serta plankton yang merupakan makanan kesukaannya. Tandanya, air laut yang semula biru jernih mulai berwarna keruh akibat plankton.
Pulau Sangalaki bisa dicapai dalam satu jam perjalanan dengan kapal motor dari Pulau Derawan. Tak lama setelah tiba, kami melihat manta mulai berdatangan dan berenang tepat di bawah permukaan air. Kami mencebur ke laut, beberapa puluh meter dari manta. Speedboat tak boleh terlalu dekat karena bisa menakuti binatang jinak itu.
Saya lalu berenang sekuat tenaga untuk mencapai manta. Bukan berenang sebenarnya, karena saya sama sekali tak bisa dan tak tahu teknik berenang. Tepatnya, berusaha menggerakan badan untuk maju. Beruntung, manta berenang langsung ke arah saya.
Sosoknya yang hitam dan menyeramkan membuat saya terdiam sementara dia terus menuju pada saya. Wujudnya sangat besar dengan mulut lebar mengingatkan saya pada pari berekor tajam yang bisa membunuh manusia. Padahal, manta yang ini tak berbahaya.
Sesaat sebelum kami bertabrakan, manta meliukkan tubuhnya ke dasar. Gerakannya anggun sekali seperti penari. Dia lalu meliuk lagi kembali ke arah kedatangannya. Manta berenang cepat dan saya hanya terpaku menatap kepergian si manta hitam anggun.
Photo credits - ThinkStock |
Manta hanya satu dari ratusan ikan yang hidup di perairan ini. Setidaknya ada 872 macam ikan karang yang menghuni daerah ini dengan enam macam spesies lumba-lumba dan tiga jenis paus.
Saya mengunjungi Derawan atas undangan dari The Nature Conservancy, lembaga nirlaba yang bekerja untuk menjaga kelestarian ekosistem laut kepulauan ini. Saat ini Kawasan Konservasi Perairan Berau menghadapi banyak ancaman, seperti perusakan terumbu karang, penangkapan penyu secara ilegal dan penangkapan ikan tak ramah lingkungan dengan racun dan bom.
Foto: Yahoo!/Famega Syavira |
Kepulauan ini juga menjadi pusat bertelur penyu hijau alias Chelonia mydas. Hampir setiap malam ada penyu hijau yang bertelur di sudut gelap pantai. Ada pula penyu sisik atau Eretmochelys imbricata yang sangat langka.
Danau Purba Kakaban
Setelah puas bermain bersama manta, kami melanjutkan perjalanan ke perairan sekitar Pulau Kakaban. Pulau ini istimewa karena ditengahnya ada danau purba berisi air asin. Danau itu semula adalah laguna yang berubah wujud akibat proses pengangkatan daratan berjuta tahun lalu. Air laut beserta seluruh isinya terperangkap di tengah membentuk ekosistem unik.
Foto: Yahoo!/Famega Syavira |
Ubur-ubur memenuhi danau seperti cendol. Aurelia aurita berbentuk seperti piring lebar bening. Cassiopeia ornata berenang terbalik dengan tentakel di atas. Martigias papua berwarna coklat dengan jumlah paling banyak. Kami berlomba mencari Tripedalia cystophora, ubur-ubur seujung kuku yang paling jarang ditemukan.
Danau itu punya sistemnya sendiri untuk menyeimbangkan populasi Di dasar danau ada anemon pemangsa ubur-ubur. Ukurannya sebesar jari, berwarna putih transparan dengan sulur. Coba saja dekatkan ubur-ubur ke sulur, dia menyantap ubur-ubur itu dengan mengisapnya.
Untuk menuju ke danau kami harus melalui dermaga kayu menuju hutan lebat. Tangga bersambung masuk dalam hutan, menaiki bukit. Danau ada di balik bukit kecil itu. Setelah berjalan beberapa ratus meter, upaya naik ke atas bukit terbayar sudah. Langit dan laut begitu biru. Udara segar bertiup dari pulau yang hijau.
Foto: Yahoo!/Famega Syavira |
Kami langsung mencebur, lengkap dengan snorkel dan fin. Ubur-ubur banyak sekali dan mudah ditangkap. Rasanya seperti memegang jelly. Di tempat lain dengan ubur-ubur sebanyak ini, tak bakal ada orang yang berani berenang karena akan tersengat.
Hanya ada kami berlima dan pulau. Hanya terdengar bunyi tonggeret dan desir angin yang membuat kecipak kecil di permukaan danau. Suasana hening ini menambah kemisteriusan danau yang masih menyimpan banyak rahasia yang belum terungkap. Oleh Famega Syavira.
Sumber : Yahoo.com
No comments:
Post a Comment